RSS

Selasa, 21 September 2010

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Kasbolah (1998/1999:15) mengemukakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian Tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.” Peneltian Tindakan Kelas yang dimaksud itu adalah bahwa penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa, karena PTK bersifat perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya sehingga apa yang menjadi tujuan penelitian dapat tercapai dengan optimal.

Muslich (2009:9) menyebutkan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas atau lebih dikenal denga PTK dirancang, dilaksanakan, dan dianalisis oleh guru yang bersangkutan dalam rangka ingin memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas.

” Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran (Mulyasa, 2009:34).

Adapun karakteristik dari PTK menurut Undang (2009:9) diantaranya: 1) masalah yang diteliti adalah masalah mikro yang dibatasi oleh “dinding-dinding kelas”; 2) Bertujuan memperbaiki proses belajar mengajar yang bersifat “evaluasi diri” terhadap kualitas pengajaran guru; 3) merupakan penelitian terapan untuk memecahkan masalah-masalah real yang dihadapi guru dan siswa; 4) bersifat siklus dimana perencanaan pengajaran dan pelaksanaan pembelajaran dapat ditindaklanjuti dengan pengamatan dan upaya memperbaikinya hingga tercapai kesempurnaan proses belajar mengajar yang diharapkan; 5) PTK berorientasi pada daya serap dan tarap serap materi pengajaran.

Sejalan dengan ungkapan para ahli diatas Penelitian Tindakan Kelas dalam kajian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membatu memperdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran disekolah. Perbaikan pembelajaran yang dimaksud adalah perbaikan dalam pembelajaran yang akan dimaksud. Karena bersifat perbaikan, tentu saja pelaksanaan pembelajarannya tidak hanya dilakukan satu kali saja, melainkan diperlukan perbaikan-perbaikan sehingga hasil pembelajaran tersebut dapat optimal.

Prosedur model penelitian tindakan kelas yang berbentuk siklus (cycle). Model siklus yang digunakan peneliti berbentuk spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang dikembangkan oleh Kurt Lewin (dalam Mulyasa, 2009:182).

Secara umum penelitian dalam suatu siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: (1) Tahap Perencanaan (planning), (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (action), (3) Tahap Observasi (observing), dan (4) Tahap Refleksi (reflecting).

Jika kegiatan pada siklus pertama telah dilaksanakan dan hasilnya masih kurang maksimal kemudian dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya sampai tujuan penelitian yaitu meningkatan kemampuan penalaran matematika dalam materi pengkuran volume dapat tercapai dengan optimal. Hal itu dapat terjadi lebih dari tiga siklus tergantung kondisi dilapangan. Pada dasarnya siklus kedua dan seterusnya kegiatannya sama, tetapi mungkin ada beberapa modifikasi pada tahap perencanaan tergantung situasi dan kondisi dilapangan.

LESSON STUDY

Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi pendidikan melaui pengkajian pembelajaran secera kooberatif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual leraning untuk membangun learning community.

Tiga tahap Lesson Study yaitu :

1. Perencanaan (Plan)

2. Pelaksanaan (Do) dan Observasi

3. Refleksi (See)

Langkah –langkah pelaksanaan Lesson Study :

a. Membentuk kelompok lesson study

· Merekrut anggota kelompok

· Menyusun komitmen tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan

· Menyusun jadwal pertemuan

· Membuat aturan-aturan kelompok

b. Memfokuskan lesson study

· Menentukan dan menyepakati tema permasalahan

· Merumuskan fokus permasalahan atau tujuan utama pemecahan masalah

· Memilih sub bidang study, topik dan unit pelajaran

c. Menyusun lesson study

· Apakah yang saat ini dipahami oleh siswa tentang topik ?

· Apa yang diinginkan dari siswa untuk dipahami pada akhir pembelajaran ?

· Rentetan pertanyaan dan pengalaman apa yang akan mendorong pada siswa untuk berpindah dari pemahaman awal menuju pemahaman yang diinginkan ?

· Bagaimana para siswa akan menjawab pertanyaan dan aktivitas apa yang akan dilakukan siswa pada pembelajaran tersebut ? Apakah terdapat permasalahan dan miskonsepsi yang akan muncul ? Bagaimana guru akan menggunakan ide dan miskonsepsi untuk meningkatkan pertanyaan tersebut ?

d. Melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengamati

Guru yang ditunjuk mengimplementasikan dan sebagian ada yang menjadi observer

e. Refleksi dan menganalisis pembelajaran yang telah dilaksanakan

· Refleksi dari guru pelaksanaan pembelajaran

· Tanggapan umum dari observer / pengamat

· Presentasi dan diskusi tentang hasil pengolaan data dari pengamat

· Tanggapan dan saran dari ahli / pakar

f. Merencanakan pembelajaran tahap selanjutnya

Lesson Study hampir sama dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hanya saja dalam lesson study tidak bisa dileganisir, didalam dua kelas yang berbeda (objek) penerapan model tidak bisa sama karena krakteristik siswa yang berbeda. Dalam pelaksanaan lesson study model pembelajaran yang ditemukan. Dalam hal ini model pembelajaran atau metode bisa berubah-rubah.

Keterangan :

Catatan materi KKG pada hari Sabtu 31 Juli 2010

Kamis, 13 Mei 2010

TGT (Teams Games Tournaments)

A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Teams Games-Tournaments (TGT) merupakan salah satu dari beberapa model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwars. Dalam TGT. Penekankan pembelajaran kooperatif tipe TGT terletak pada kerjasama antar anggota kelompok dalam menyumbangkan skor terhadap kemajuan nilai kelompok melalui turnamen akademik.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki komponen-komponen sebagai berikut:

a. Presentasi kelas

Guru menerangkan garis besar materi di depan kelas dan siswa mempehatikan dengan seksama. Ketika selesai mengerjakan lembar kerja kelompok (LKS), salah seorang siswa mempresentasikan hasil jawaban kelompoknya ke depan kelas dan siswa lainnya memberikan tanggapan atas jawaban tersebut. Selama presentasi kelas setiap siswaharus benar-benar memperhatikan penjelasan guru ataupun temannya. Hal ini akan sangat membantu keberhasilan siswa saat turnamen.

b. Kelompok (TIM)

Siswa terdistribusi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Setelah guru menjelaskan materi, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok, berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama, mencocokkan jawaban, membantu teman untuk memperbaiki kesalahannya. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya benar-benar telah menguasai materi, mempertanggungjawabkan dalam prestasi kelas, dan mempersiapkan diri dalam turnamen.

c. Games

Games terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang konteksnya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim games tersebut dimainkan di atas meja turnamen dengan 2-4 siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

Games pada tiap meja turnamen dilakukan dengan atauran sebagai berikut yang diambil dalam buku Isjoni (2009:85-86). Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membaca hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal membuka kunci jawaban dan kartu diberikan kepada pemain yang menjawab atau penantang yang pertama kali memberi jawaban yang benar.

Jika semua pemain jawabannya salah maka kartu dibiarkan saja. Pemainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi permain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca, pemain dan penantang.

d. Turnamen Akademik

Pelaksanaan turnamen akademik adalah ciri khas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kelompok heterogen dirombak untuk sementara waktu dan kemudian dibentuk kelompok yang homogen dalam hal tingkat kecerdasan, dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test.. Anak yang cerdas dari setiap kelompok digabungkan dalam meja 1, anak yang sedang digabungkan dalam dalam meja 2 dan meja 3, dan anak yang rendah digabungkan dalam meja 4.

Siswa yang homogen duduk dalam satu meja turnamen untuk melakukan turnament akademik dengan aturan games yang telah dipaparkan diatas. Pada saat pertandingan usai, siswa menghitung nilai yang diperoleh dengan menghitung jumlah kartu yang didapat. Peserta yang mendapatkan nilai terbanyak meraih tingkat 1 (top scorer), peserta yang memperoleh terbanyak kedua kedua meraih tingkat 2 (high middle scorer), peserta yang memperoleh terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (low middle scorer), dan peserta yang memperoleh nilai terkecil meraih tingkat ke 4 (low scorer). Perolehan poin ditunjukan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 (Slavin, 2009:176) dibwah ini:

Tabel 2.1

Perolehan Skor Pembejaran Kooperatif Tipe TGT

Untuk Empat Orang Pemain

Tingkatan

Pemain

Tidak ada seri

Tingkat 1-2

Seri

Tingkat 2-3

Seri

Tingkat 3-4

Seri

Tingkat 1-2-3 seri

Tingkat 2-3-4 seri

Tingkat 1-2-3-4

1-2 seri

3-4 seri

1

60

50

60

60

50

60

40

50

2

50

50

40

40

50

30

40

50

3

30

30

40

30

50

30

40

30

4

20

20

20

30

20

30

40

30

Tabel 2.2

Perolehan Skor Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Untuk Tiga Orang Pemain

Tingkatan Pemain

Tidak ada seri

Tingkat

1-2 seri

Tingkat

2-3 seri

Tingkat

1-2-3 seri

1

60

50

60

40

2

40

50

30

40

3

20

20

30

40

Tabel 2.3

Perolehan Skor Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Untuk Dua Orang Pemain

Tingkatan Pemain

Tidak ada seri

Tingkat 1-2

1

60

40

2

20

40

e. Penghargaan Kelompok

Nilai kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai yang diperoleh setiap anggota kelompok heterogen semula. Untuk kelompok yang memperoleh nilai rata-rata mencapai kriteria tertentu maka diberika penghargaan berupa seterfikat atau bisa juga dalam bentuk lain. Pemberian penghargaan dimasudkan untuk memberi rangsangan bagi siswa untuk lebih giat dalam belajar, agar pada turnamen berikutnya dapat memperoleh nilai yang lebih untuk menyumbang skor kepada kelompoknya.

f. Bumping

Setelah turnamen pertama dilaksanakan selanjutnya dilakukan penggeseran posisi (bumping) untuk setiap siswa pada meja turnamen. Penggeseran ini selalu dilakukan setiap selesai dilaksanakannya turnamen akademik, untuk mengatur posisi siswa pada meja turnamen dalam kompetisi berikutnya. Penggeseran tersebut dilakukan berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada saat turnamen yang telah dilaksanakan. Pada intinya siswa yang memenangkan turnamen ke meja turnamen dengan tingkatannya lebih tinggi sedangkan siswa yang kalah digeser pada meja turnamen yang memiliki tingkatan lebih rendah dari meja sebelumnya.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

 
Copyright Wini Fitriani 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .