RSS

Senin, 02 Januari 2012

“What Wrong Soal Cerita pada Matematika?”


           Saya adalah seorang guru yang baru ± 4 tahun berkecipung didunia pendidikan. Pengalaman yang masih terhitung singkat membawaku kedalam kehidupan nyata, merasakan pahit dan manisnya dalam mendidik. Saya menyadari dalam proses belajar mengajar tidak selamanya dapat berjalan maksimal. Terkadang apa yang  sudah kita rencanakan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
            Kala itu, ku bergeges menuju kelas karena jam sudah menunjukan pukul 07.15 WIB, saatnya saya masuk ke kelas VI (enam) dan memberikan materi pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk jam pertama adalah matematika telah saya siapkan, siswa dan guru pun telah terlihat siap dalam proses pembelajaran.
            Indikator yang ingin dicapai adalah memecahakan masalah sehari-hari dengan menggunakan FPB dan KPK. Indikator ini berkaitan dengan soal cerita. Pada pertemuan sebelumnya telah dibahas cara menentukan FPB dan KPK.
            Langkah awal apersepsi, mengarakan siswa pada pembelajaran dengan cara mengaitkan pembelajaran sebelumnya dengan cara memberi soal menentukan FPB dan KPK dipapan tulis yang dikerjakan bersama-sama. Selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran.
            Selanjutnya saya (guru) menceritakan kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan FPB dan KPK. Hanya sebagian anak yang bisa menanggap apa yang saya bicarakan. Kemudian saya pun memberikan soal di papann tulis.
“Anak-anak perhatikan soal didepan, coba baca bersama-sama”
Anak-anak pun membaca dengan serentak.
“Coba kalian perhatikan soal ini, apa yang diketahui dari soal berikut, lalu apa yang di tanyakan dari soal berikut?”
Sebagian besar anak berani menjawab walau ada beberapa yang menjawab tidak sesuai.
“Kemudian jawab, dibagaimanakan?”
Disini anak kebanyakan melantur, ada yang  jawab di tambah, dikali, hanya terlihat 2 orang dari 40 siswa yang menjawab benar.
“dicari FPB nya!” jawab salah satu siswa.
Setelah diarahkan maksud dari soal cerita tersebut siswa mulai memahami dari dari soal tersebut. Kemudian diberikan lagi soal untuk mencari KPK dari soal cerita. Apa yang terlihat, sebagian besar anak belum memahami dari soal tersebut.
Selanjutnya pada pertemuan berikutnya seperti biasa saya memulai pembelajaran dengan indikator yang akan dicapai adalah memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan bilangan bulat operasi campuran. Ini pun berkaitan dengan soal cerita. Seperti apa yang dilakukan sebelumnya, siswa diarahkan untuk mengidentifikasi soal yang disajikan dalam soal.
Saya memberikan beberapa soal untuk dikerjakan secara individu, masih banyak anak yang kedepan menghapiri saya menanyakan masuk dari soal.
“Bu digimanain?”
“Bu gini?”
“Bu.....?, bu......?, bu ….? bu… bu…?
Anak terlihat tidak PD dengan jawabannya, bahkan anak yang menandakan bingung. Setelah selesai tugas siswa dikumpulkan untuk di nilai.
Kejadian ini pun terjadi kembali ketika UAS semester ini pada bagian essey yang berbentuk soal cerita, ternyata.......... ?????????? setelah di analisis ± 25% siswa yang mampu menjawab soal dengan tepat. Apa yang salah dengan diriku dan dirinya..........????????
            Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan khusus dalam hati:
1.    Apa yang menyebabkan anak kesulitan menjawab soal dalam bentuk soal cerita?
2.    Metode, pendekatan atau pembelajaran apa yang cook diterapkan dalam pembelajaran matematika yang berkaitan dengan soal cerita?
3. Bagai mana cara guru merangsang pola pikir dan kemadirian siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari?
 
Copyright Wini Fitriani 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .