RSS

Kamis, 13 Mei 2010

TGT (Teams Games Tournaments)

A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Teams Games-Tournaments (TGT) merupakan salah satu dari beberapa model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwars. Dalam TGT. Penekankan pembelajaran kooperatif tipe TGT terletak pada kerjasama antar anggota kelompok dalam menyumbangkan skor terhadap kemajuan nilai kelompok melalui turnamen akademik.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki komponen-komponen sebagai berikut:

a. Presentasi kelas

Guru menerangkan garis besar materi di depan kelas dan siswa mempehatikan dengan seksama. Ketika selesai mengerjakan lembar kerja kelompok (LKS), salah seorang siswa mempresentasikan hasil jawaban kelompoknya ke depan kelas dan siswa lainnya memberikan tanggapan atas jawaban tersebut. Selama presentasi kelas setiap siswaharus benar-benar memperhatikan penjelasan guru ataupun temannya. Hal ini akan sangat membantu keberhasilan siswa saat turnamen.

b. Kelompok (TIM)

Siswa terdistribusi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Setelah guru menjelaskan materi, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok, berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama, mencocokkan jawaban, membantu teman untuk memperbaiki kesalahannya. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya benar-benar telah menguasai materi, mempertanggungjawabkan dalam prestasi kelas, dan mempersiapkan diri dalam turnamen.

c. Games

Games terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang konteksnya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim games tersebut dimainkan di atas meja turnamen dengan 2-4 siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

Games pada tiap meja turnamen dilakukan dengan atauran sebagai berikut yang diambil dalam buku Isjoni (2009:85-86). Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membaca hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal membuka kunci jawaban dan kartu diberikan kepada pemain yang menjawab atau penantang yang pertama kali memberi jawaban yang benar.

Jika semua pemain jawabannya salah maka kartu dibiarkan saja. Pemainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi permain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca, pemain dan penantang.

d. Turnamen Akademik

Pelaksanaan turnamen akademik adalah ciri khas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kelompok heterogen dirombak untuk sementara waktu dan kemudian dibentuk kelompok yang homogen dalam hal tingkat kecerdasan, dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test.. Anak yang cerdas dari setiap kelompok digabungkan dalam meja 1, anak yang sedang digabungkan dalam dalam meja 2 dan meja 3, dan anak yang rendah digabungkan dalam meja 4.

Siswa yang homogen duduk dalam satu meja turnamen untuk melakukan turnament akademik dengan aturan games yang telah dipaparkan diatas. Pada saat pertandingan usai, siswa menghitung nilai yang diperoleh dengan menghitung jumlah kartu yang didapat. Peserta yang mendapatkan nilai terbanyak meraih tingkat 1 (top scorer), peserta yang memperoleh terbanyak kedua kedua meraih tingkat 2 (high middle scorer), peserta yang memperoleh terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (low middle scorer), dan peserta yang memperoleh nilai terkecil meraih tingkat ke 4 (low scorer). Perolehan poin ditunjukan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 (Slavin, 2009:176) dibwah ini:

Tabel 2.1

Perolehan Skor Pembejaran Kooperatif Tipe TGT

Untuk Empat Orang Pemain

Tingkatan

Pemain

Tidak ada seri

Tingkat 1-2

Seri

Tingkat 2-3

Seri

Tingkat 3-4

Seri

Tingkat 1-2-3 seri

Tingkat 2-3-4 seri

Tingkat 1-2-3-4

1-2 seri

3-4 seri

1

60

50

60

60

50

60

40

50

2

50

50

40

40

50

30

40

50

3

30

30

40

30

50

30

40

30

4

20

20

20

30

20

30

40

30

Tabel 2.2

Perolehan Skor Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Untuk Tiga Orang Pemain

Tingkatan Pemain

Tidak ada seri

Tingkat

1-2 seri

Tingkat

2-3 seri

Tingkat

1-2-3 seri

1

60

50

60

40

2

40

50

30

40

3

20

20

30

40

Tabel 2.3

Perolehan Skor Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Untuk Dua Orang Pemain

Tingkatan Pemain

Tidak ada seri

Tingkat 1-2

1

60

40

2

20

40

e. Penghargaan Kelompok

Nilai kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai yang diperoleh setiap anggota kelompok heterogen semula. Untuk kelompok yang memperoleh nilai rata-rata mencapai kriteria tertentu maka diberika penghargaan berupa seterfikat atau bisa juga dalam bentuk lain. Pemberian penghargaan dimasudkan untuk memberi rangsangan bagi siswa untuk lebih giat dalam belajar, agar pada turnamen berikutnya dapat memperoleh nilai yang lebih untuk menyumbang skor kepada kelompoknya.

f. Bumping

Setelah turnamen pertama dilaksanakan selanjutnya dilakukan penggeseran posisi (bumping) untuk setiap siswa pada meja turnamen. Penggeseran ini selalu dilakukan setiap selesai dilaksanakannya turnamen akademik, untuk mengatur posisi siswa pada meja turnamen dalam kompetisi berikutnya. Penggeseran tersebut dilakukan berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada saat turnamen yang telah dilaksanakan. Pada intinya siswa yang memenangkan turnamen ke meja turnamen dengan tingkatannya lebih tinggi sedangkan siswa yang kalah digeser pada meja turnamen yang memiliki tingkatan lebih rendah dari meja sebelumnya.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

Pembelajaran Kooperatif

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Isjoni, 2007:6).

Slavin (2009:8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif, para siswa duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat sampai 6 orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru yang anggota timnya heterogen terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah, laki-laki dan perempuan, dan berasal dari latar belakang etnik berbeda.

Lie (2010:28) menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih lanjut dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Pembelajaran kooperatif meruoakan sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar yang lainnya (Wena, 2009:189).

Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran kooperatif diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memiliki struktur kelompok kecil (terdiri dari 4-6 orang) dengan kemampuan yang berbeda yang secara bersama-sama belajar memahami bahan pelajaran dan anggota kelompok saling membantu sehingga setiap anggota kelompok memahami bahan yang diberikan. Artinya, dalam satu kelompok, siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang dalam hal memahami pelajaran.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Isjoni (2009:27) adalah; a) setiap anggota memiliki peran; b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa; c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, d) guru membantu mengembanngkan keterampilan-keterampilan interpesonal kelompok; e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Sanjaya (2008:246) mengemukakan empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung pada kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja mesing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

b. Individual Accountability (tanggung jawab perseorangan)

Setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap terhadap individu dan juga te\rhadap kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

c. Face to face promotive interaction (interaksi tatap muka)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan meberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen yang berasal dari latar belakang sosial dan kemampuan akademik berbeda. Berbedaan ini menjadi modal utama dalam proses memperkaya antar anggota kelompok.

d. Participation Communication (Partisipasi dan Komunikasi)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi dan komunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan komunikasi. Misalnya, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik, cara menyanggah pendapat orang lain secara santu.

Pemebalajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian pengauasaan bahan pelajaran, tetapi juga ada unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.

Dari definisi dan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Setiap anggota yang tergabung dalam satu kelompok mempunyai rasa tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan yang diberikan sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.

b. Setiap anggota berusaha untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepada kelompok secara besama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

c. Setiap anggota dituntut untuk menguasai materi, walaupun penilaian lebih berorientasi pada penilaian kelompok.

2. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Beberapa model pembelajaran kooperatif telah dikembangkan oleh para ahli. Menurut Slavin (2009:11) terdapat lima jenis metode dalam Student Team Learning (pembelajaran Tim Siswa) yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. tiga macam metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk bermacam-macam materi dan tingkatan kelas yaitu Student Teams –Achievement Divisions (STAD) (Pembagian Pencapaian Tim Siswa), Team-Games_Tournament (TGT) (Turnamen Game Tim), dan Jigsaw II (Teka-teki II). Dua yang lain adalah kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu: yaitu Cooperative Intergrated Reading and Composition (CIRC) (Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang kooperatif) digunakan untuk pelajaran membaca dan menulis yang diperuntukan bagi siswa kelas dua sampai kelas delapan, dan Team Accelerated Instruction (TAI) (Pecepatan Pengajaran Tim) untuk pealajaran matematika kelas tiga samapai kelas enam.

Selain lima macam metode pembelajaran kooperatif diatas, (Slavin, 2009:24-25) ada metode pembelajaran kooperatif lainnya, yaitu Group Investigation (Kelompok Investigasi), Learning Together (Belajar Besama), Complex Instruction (Pengajaran Kompleks), Structure Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan). Berikut metode-metode pembelajaran kooperatif penulis paparkan:

a. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

Model pembelajaran tipe STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitu siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil (4 sampai 6 orang) yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Tipe STAD ini terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok, kuis atau tes, pemberian skor individual dan penghargaan kelompok.

b. Team-Games-Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pada dasarnya hampir sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hanya perbedaannya adalah kuis atau tes yang diberikan pada pembelajaran kooperatif STAD diganti dengan turnamen pada pembelajaran kooperatif tipe TGT. Jadi kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari presentasi kelas, kegiatan kelompok, turnamen, pemberian skor individu, dan penghargaan kelompok.

Penjelasan TGT lebih lanjut pada bagian lain, karena merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian.

c. Jigsaw II

Pada tipe ini siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok dengan 4-6 siswa. Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian, sehingga setiap siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam sebuah kelompok yang dikenal sebagai counterpart group (CG). Dalam setiap CG siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan pelajaran dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka mengajar kepada teman mereka dalam kelompoknya. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw mereka dan mengajarkan bagian yang telah dipeljari masing-masing kepada temannya dalam kelompok.

d. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Tipe CIRC merupakan tipe pembelajaran yang memadukan pembelajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

e. Team Accelerated Instruction (TAI)

Tipe TAI merupakan pembelajaran kooperatif Khusus dirancang untuk pelajaran matematika kelas 3-6 atau kelas yang lebih tinggi

f. Group Investigation (GI)

Tipe GI merupakan pembelajaran kelompok yang melibatkan siswanya mulai dari perencanaan baik dalam memilih topik maupun cara untuk mempelajarinya melaui investigasi. Siswanya memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkannya dan menyajikan suatu laporan didalam kelas secara keseluruhan.

g. Learning Together

Pembelajaran kelopmpok yang sangat umum yang dipentingkan dalam kerjasama dengan kemampuan akademik yang berbeda, saling membantu dalam penyelesaian tugas kelompok.

h. Complex Instruction

Pembelajaran kooperatif yang menekankan pada penemuan khusus dalam bidang sains, matematika dan sosial.

i. Structured Dyadic Methods

Pembelajaran kooperatif yang menggunakan pair learning yaitu, siswa berperan sebagai tutor dan pembelajar (siswa). Tutor memberikan permasalahan kepada siswa. Jika jawaban siswa benar maka siswa tersebut mendapat poin, jika jawaban siswa salah tutor memberikan jawaban dan siswa menuliskan jawaban tiga kali dan membacanya kembali secara benar. Setiap sepuluh menit, masing-masing siswa berganti peran.

 
Copyright Wini Fitriani 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .